BANDUNG, KOMPAS.com – Perusahaan-perusahaan global sudah menganggap cloud computing atau komputasi awan sebagai model teknologi informasi (TI) masa depan. Namun, di Indonesia, perkembangannya diprediksi masih lambat. Terlebih di sektor usaha kecil menengah atau UKM.
Lembaga riset telematika Sharing Vision, memprediksi sektor UKM di Indonesia belum siap untuk beralih ke komputasi awan. “Ini dikarenakan masih banyak UKM yang keberatan untuk membayarsoftware,” ujar Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Dimitri Mahayana, di Bandung, Sabtu (21/1/2012).
Dimitri menambahkan, budaya masyarakat yang enggan membeli software berlisensi, menjadi pemicu ketidaksiapan UKM beralih ke komputasi awan. Padahal, komputasi awan dapat menghemat biaya TI dan meningkatkan produktivitas UKM.
Contoh kecil kemudahan yang diberikan dari komputasi awan, adalah UKM tak perlu lagi mengurus server mereka dan menyediakan ruangan khusus untuk server dengan suhu dingin yang tinggi. Server UKM akan diurus oleh perusahaan-perusahaan besar pemberi layanan komputasi awan.
Komputasi awan memberi kemudahan para karyawan UKM untuk mengakses data pekerjaan di mana saja, melalui komputer atau smartphone yang terkoneksi jaringan internet.
Kebanyakan UKM masih sangat terkonsentrasi pada core business mereka, sehingga melupakan sarana TI yang sebenarnya mampu menunjang bisnis. Kebanyakan UKM di Indonesia lebih memilih untuk mencatat transaksi bisnis secara manual.