JAKARTA – Lembaga penelitian Sharing Vision memprediksi dari 12 juta pengguna uang digital yang teregistrasi, hanya 30 hingga 40 persen yang akan aktif menggunakan jasa tersebut pada 2012.
“Kita perkirakan pada tahun ini sekitar 30-40 persen atau 3,6 juta-4,8 juta pengguna yang akan aktif menggunakan uang digital dari semua penerbit, baik milik operator telekomunikasi maupun perbankan,” ungkap Chairman Sharing Vision Dimitri Mahayana di Jakarta, Senin (23/1).
Dimitri mengungkapkan para operator telekomunikasi yang memiliki lisensi uang digital saat ini dalam keadaan bahaya karena Bank Indonesia sebagai pemberi izin tengah mengaji capaian berdasarkan perencanaan bisnis yang dimiliki.
“Uang digital milik operator jalan di tempat. Bank Indonesia bisa menarik lisensi itu jika tidak dioptimalkan operator. Saya perkirakan dari yang aktif menggunakan uang digital itu, semua operator hanya aktif penggunanya sekitar 5-10 persen,” katanya.
Dia melanjutkan pada tahun lalu transaksi menggunakan uang digital dari seluruh pemain sekitar 750 miliar rupiah dan bisa melonjak menjadi satu triliun rupiah pada tahun ini. “Salah satu yang menjadi potensi untuk mengadopsi uang digital adalah 2,8 juta pelanggan prabayar milik PLN. Ini basis pelanggan yang menjanjikan,” ujarnya.
Dimitri juga memprediksi bahwa jasa uang digital di Indonesia belum akan berkembang selama dua kutub, yakni perbankan dan telekomunikasi, bersinergi. “Tidak bisa masing-masing pihak saling merasa bisa mengembangkan jasa ini dan memunculkan ego sektoral. Harus ada sinergi. Jika tidak, semua jalan di tempat,” katanya. yun/E-6