MENCERMATI PENYEBARAN COVID 2019 : SEBUAH ANALISA DATA RINGKAS HINGGA 23/24 MARET 2020

Berawal dari hasil laporan dari China Central Television (CCTV), pada tanggal 11 Januari, pihak laboratorium telah mendeteksi tipe baru dari virus corona. Pada saat itu terdapat 59 kasus telah dilaporkan oleh Otoritas China yang terjadi di kota Wuhan.

Saat ini, setelah 63 hari sejak pelaporan tersebut, virus tersebut telah menginfeksi 417.966 orang, yang tersebar di 196 negara.

Grafik pertumbuhan jumlah orang terinfeksi secara global, dapat dilihat sebagai berikut:

Dengan perkembangan kasus infeksi baru per hari pada seminggu terakhir berada diangka 16.000 – 41.000.

Berikut ini hasil analisis lainnya dari data-data yang berhasil dikumpulkan oleh Sharing Vision.

1. Penyebaran virus corona jenis baru, yang selanjutnya diberi nama COVID-19, dapat dirunut sebagai berikut:

Indonesia merupakan urutan ke-29, dalam mengumumkan kemunculan kasus COVID-19.

Berikut ini sebaran dalam peta:

Jika kita perhatikan, virus menyebar dari Asia dan USA, lalu ke Canada, Eropa dan Timur Tengah, baru menyebar ke Amerika Latin, dan terakhir ke Afrika.

2. Sebaran COVID-19 per tanggal 24-3-2020 adalah sebagai berikut, dimana Indonesia urutan 37, dengan jumlah kasus 686, tertinggi ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Thailand. Kasus terbanyak ada di China, disusul USA dan negara-negara Kawasan Eropa. Dan jika ditinjau dari sisi region, Eropa mengalami wabah paling tinggi.

Kondisi kasus COVID-19 per 2020-03-24:

Kondisi kasus COVID-19 berdasarkan region:

3. Jika dilihat growth sejak kasus ke-100 pada masing-masing negara, terlihat Singapore mempunyai growth yang rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Disamping itu, terlihat slope mulai melandai di Korea Selatan.

Kurva landai seperti yang terjadi di Korea Selatan hal ini akan memberikan waktu bagi negara negara dan fasilitas kesehatan untuk mempersiapkan resources untuk melakukan penanganan. Adapun kurva yang menukik seperti yang terjadi di Italia dan USA menjadikan penanganan menjadi jauh lebih kompleks dan sulit.

4. Keberhasilan China hingga saat ini makin terlihat dengan memperhatikan grafik active case yang masih ada saat ini. Kurva active case untuk China sama-sama menukik bahkan lebih tajam dari pada Italia dan USA, namun China telah mampu menekan active case dari 58.000 hingga 6.010 dalam 5 minggu.

5. Recovery rate secara global selama bulan Maret 2020 cenderung terus menurun.

Mulai awal Februari 2020, recovery rate terus menanjak naik, namun setelah melewati minggu pertama bulan Maret 2020, recovery rate menurun. Recovery rate dihitung dari persentase jumlah kasus sembuh terhadap jumlah closed case. Peningkatan recovery rate pada awal fase didominasi oleh China, sedangkan penurunan recovery rate pada bulan Maret, disebabkan oleh munculnya laporan-laporan baru dari negara lain yang mengalami peningkatan kasus.

6. Adapun recovery rate untuk masing-masing negara sejak tanggal 1 Maret 2020, kembali China yang tertinggi, disusul dengan Korea Selatan. Dalam kurva ini juga terlihat Iran mempunyai kurva recovery rate yang mulai membaik dibandingkan negara-negara lain, yang berada pada kisaran 76% hingga 93%. Beberapa negara yang masih berada dibawah 50% untuk beberapa hari terakhir adalah US, UK, dan Indonesia.

7. Selanjutnya, jika dilihat secara daily recovery rate, China mempunyai track yang lebih stabil. Daily recovery rate global cenderung lebih rendah dari nilai kumulatifnya, yang berarti perbandingan antara kasus sembuh baru dan closed case baru lebih rendah dari perbandingan kumulatifnya. Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan kemampuan penanganan kasus baru secara global.

8. Dilihat dari munculnya kasus baru secara harian, pertumbuhan pandemic ini masih sangat tinggi, dimana untuk tanggal 24 Maret 2020 bahkan mencapai 39.500. Angka ini didominasi oleh Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Jerman dan Perancis.

9. Melihat seluruh hal yang dijelaskan di atas, terlalu dini untuk memprediksi dan mengatakan bahwa pandemi atau wabah akan segera berakhir. Prediksi apa pun yang dilakukan, sebenarnya sangat tergantung dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia maupun dunia. Oleh karena itu, tim Data Scientist SHARING VISION berpendapat bahwa, data insight maupun pemodelan prediktif yang dilakukan seyogyanya adalah data insight dan pemodelan prediktif yang mendorong pemerintah maupun masyarakat melakukan apa yang terbaik untuk bersama-sama melawan wabah global ini. “The best way to predict the future is to invent it”. Oleh karena itu, kemarin , tim Data Scientist SHARING VISION mempublish sebuah pemodelan dinamik untuk memprediksi dinamika wabah Corona multi skenario, yang memungkinkan pemerintah dan masyarakat memilih langkah ke depan dalam rangka melawan wabah global ini (Silakan merujuk ke link berikut: https://sharingvision.com/pemodelan-multi-skenario-dan-rekomendasi-strategi-pengendalian-penyebaran-virus-corona-di-indonesia/ ).

10. Selanjutnya, dengan melihat data-data di atas, nampaknya pemerintah dan masyarakat Indonesia bisa belajar ke beberapa negara yang nampaknya telah relatif cukup berhasil mengendalikan dan menekan wabah tersebut seperti Cina dan Korea Selatan. Hal ini akan dilanjutkan, insya Allah, dalam tulisan tim Data Scientist Sharing Vision selanjutnya.

Demikian, semoga exploratory data analysis ringkas ini bermanfaat. Dan semoga wabah ini segera berlalu. Hanya pada Allah kita semua berserah diri. Wahai Tuhan Sekalian Alam, tolong kami semua dengan RahmatMu dan PerlindunganMu. Amin.

Shopping cart0
There are no products in the cart!
Continue shopping
0