Akan seperti apa peta pasar industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT) Indonesia pada 2013? Lembaga riset telematika Sharing Vision memaparkan hasil temuan dan prediksinya, dengan tajuk “ABCDEFGHIJ IT-Extravaganza 2013,” pada 23 Desember lalu di Bandung.
Tahun depan, menurut prediksi Sharing Vision, Android dan smart device akan booming. Bahkan, Android akan menyalip BlackBerry. Sementara itu, local smartphone industry memiliki peluang luar biasa, bila mampu menciptakan keunikan produk sesuai local lifestyle masyarakat Indonesia.
Dan, jumlah pelanggan M2M (machine-to-machine) di Indonesia akan berkembang dengan cepat melewati satu juta pelanggan bila ditemukan killer application-nya. “Walaupun pengguna BlackBerry di Indonesia banyak, tapi tahun 2013 Android akan menyalipnya. Sekarang era satu juta aplikasi, dan Android menawarkan aplikasi gratis terhadap penggunanya, sedangkan BlackBerry hanya berkutat di BlackBerry Messenger (BBM),” ucap Dimitri Mahayana, Chairman Sharing Vision. Menurutnya, secara global RIM sudah habis dan masa BlackBerry hanya sampai 2015.
Selain ruang waktu di Indonesia akan semakin dipenuhi broadband—terlebih Telkom telah mencanangkan era satu juta hotspots—lembaga riset yang berbasis di Bandung ini juga memperkirakan cloud computing semakin dipercaya sebagai model IT masa depan.
Ke depan, investasi TI, data center dan operasi TI akan bergeser ke arah cloud, dengan alasan utama efisiensi dan efektifitas. Adopsi cloud computing ini tidak terbatas oleh Small Medium Enterprise (SME), namun perusahaan-perusahaan besar pun menggeser operasi TI-nya ke cloud.
Juga, bisnis data center diprediksi akan menjadi primadona. Ini terkait keluarnya PP 82/2012 tentang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), yang menetapkan para penyeleggara layanan publik berbasis sistem elektronik termasuk BlackBerry , Google, dan lain-lain berkewajiban membangun data center, disaster recovery center (DRC) di Indonesia. “Kami memprediksikan pertumbuhan bisnis data center di Indonesia tahun 2012 (YoY) adalah double digit, yaitu di atas 10%,” ucap Dimitri.
Namun, sejalan perkembangan ICT yang pesat, Sharing Vision pun memprediksikan bahwa social networking crime, hacking dan cyber-crime akan meningkat pesat. Juga, game addicted meningkatkan penderita ADD (Attention Deficit Disorder).
Untuk menghindari peningkatan kriminalitas melewati social network, pihak Sharing Vision menyarankan beberapa langkah yang mesti dilakukan. Antara lain, melarang anak-anak dibawah umur (yang dipersyaratkan) untuk mengikuti social network. Mendampingi dan memonitor kegiatan anak-anak dan remaja dalam berinteraksi dengan social network. Meningkatkan kesadaran tentang hal-hal fundamental dalam aspek keamanan informasi dan privacy informasi. Sebab, sekali memasukkan informasi diri dan privacy ke dalam social network, maka informasi tersebut memiliki peluang untuk diketahui , didistribusi dan di-record secara masif, eskalatif dan bisa dianggap sebagai “kekal” – yang disebut “hukum kekekalan informasi” dalam netizen.
Di sisi lain, Sharing Vision juga menilai layanan publik akan break dan hancur bila kesiapan Business Continuity Management (BCM) dari para penyelenggara layanan ITE tidak ditingkatkan dan dipastikan oleh regulator. Contohnya, pada tahun 2012, telah dialami Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Angkasa Pura 2 dan layanan BlackBerry.
“Digital-divide juga akan semakin menganga. Sebab, fokus para penyedia layanan teknologi informasi dan telekomunikasi adalah pada daerah urban yang secara ekonomi mampu membeli layanan tersebut,” ujar Dimitri. “Pemerintah harus memberikan perhatian khusus pada daerah-daerah rural yang daya belinya rendah. Jarak digital yang semakin menganga akan menyebabkan perbedaan kesempatan untuk maju dan belajar yang jauh. Dan ini akan menyebabkan keadilan sosial tidak akan terwujud secara merata di Indonesia,” imbuh Dimitri mewanti-wanti.
Dimitri menyimpulkan, tahun depan pasar industri ICT di Indonesia akan semakin semarak dan terus bertumbuh. Tetapi, di sisi lain, masih ada kesenjangan digital dan ketidaksiapan infrastruktur dari para penyedia layanan publik. (EVA)