Startup Digital Minim Modal Lokal

Kolom Ekonomi Bisnis, Inilah Koran

Senin, 10 April 2017

Perusahaan startup digital di Indonesia berkembang pesat namun minim sentuhan modal dari dalam negeri.

Oleh: Selfie Miftahul Jannah

Co-CEO & Cofounder Bandung Initiative Movement (BIM), Nur Islami Javad menilai perusahaan startup digital mulai berkembang sebagai salah satu akses penunjang kebutuhan, mulai dari transportasi, jada hingga kebutuhan pembayaran.

Namun, seiring dengan munculnya berbagai perusahaan startup yang menawarkan berbagai jasa pelayanan, perusahaan startup lokal kerap kali kekurangan pemodalam, untuk pengembangan usahanya.

Akibatnya, para startup digital itu ada akhirnya menjadi pemegang saham minoritas. Adapun umumnya startup digital mendapatkan suntikan dana dari luar, seperti Singapura.

“Pola investasinya banyak yang memberatkan startup. Share saham investor asing bisa mencapai 70 persen – 99 persen. Ada startup yang pada akhirnya hanya tinggal memiliki 1 persen sama,” jelas dia di The Crowne Plaza Bandung, akhir pekan lalu.

Selain mengalami persoalan permodalan, masalah yang dihadapi startup digital, khususnya di sektor fintech, menurut dia, yaitu pemahaman akan regulasi. Dirinya menjelaskan, umumnya mereka tidak mengetahui regulasi yang ada terkait fintech.

Selain permasalahan tersebut, perusahan startup di dalam negeri juga merta masih kurangnya sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi informasi (IT) yang siap kerja. Umumnya SDM di bidang TI belum siap bekerja, sementara perusahaan memerlukan yang siap untuk langsung bekerja.

“Pola investasinya banyak yang memberatkan startup. Share saham investor asing bisa mencapai 70 persen – 99 persen.”

Kolom Ekonomi Bisnis Inilah Koran, Senin 10 April 2017

“Nantinya kebutuhan SDM siap kerja di bidang TI akan semakin besar. Kalau saat ini secara keseluruhan, SDM di bidang TI sangat kurang,” ujar dia.

Salah satu tingginya potensi kebutuhan SDM TI, datang dari adanya gap antara ide kreatif di tingkat pemodal dengan penguasaan TI untuk merealisasikan inovasi. Padahal, para investor tersebut dinilai siap menggelontorkan modalnya.

Sementara itu, Project Manager Monicca dari Startup Astrajingga, Syaifullah Abdurrachman, juga mengemukakan hal serupa mengenai SDM TI yang masih kurang. SDM TI yang belum siap kerja menjadi salah satu permasalahan serius bagi startup digital.

“Kita saja masih kekurangan SDM, kami sudah membuka lowongan. Namun, tidak mudah menemukan SDM TI yang memiliki skill seperti yang dibutuhkan. Contohnya programmer untuk Android. Itu juga masih jarang,” ujarnya.

Sementara itu, terkait permodalan, dirinya juga mengatakan aksesnya tidak mudah. Dari kebutuhan permodalan tahun pertama sebesar 250 ribu dolar Amerika Serikat (AS), baru ada 60 persen – 70 persen yang sebagian diantaranya berasal dari investor asing. (dad)

Shopping cart0
There are no products in the cart!
Continue shopping
0