Pikiran Rakyat, Selasa 11 April 2017
Kolom Ekonomi
BANDUNG, (PR).-
Startup digital kekurangan sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi informasi (TI) siap kerja dan kesulitan akses permodalan. Umumnya SDM di bidang TI belum siap bekerja, sementara perusahaan memerlukan yang siap pakai.
Demikian diungkapkan Co-CEO & Co-Founder Bandung Initiative Movement (BIM), Nur Islami Javad di Bandung, akhir pekan lalu.
Menurut dia, kedepan kebutuhan SDM siap kerja di bidang TI akan semakin besar. “Secara keseluruhan, SDM di bidang TI sangat kurang,” katanya.
Tingginya potensi kebutuhan SDM TI, menurut dia, salah satunya datang dari adanya gap antara ide kreatif di tingkat pemodal dengna penguasaan TI untuk merealisasikan ide tersebut. Padahal, pada investor tersebut dinilai siap menggelontorkan modalnya.
Sementara itu, untuk permodalan, umumnya startup digital mendapatkan suntikan dana dari luar, seperti Singapura. Namun, menurut dia, kerap kali para startupdigital itu pada akhirnya menjadi pemegang saham minoritas.
“Umumnya share saham investor asing bisa mencapai 70%-99%. Ada startup yang pada akhirnya hanya tinggal memiliki 1% saham. Pola investasinya banyak yang memberatkan startup,” kata Nur.
Persoalan lain yang dihadapi startup digital, khususnya di sektor fintech, menurut dia, adalah pemahaman akan regulasi. Ia mengatakan, umumnya mereka tidak mengetahui regulasi yang ada terkait dengan fintech.
Kolom Ekonomi Pikiran Rakyat, Selasa 11 April 2017
Project Manager Monicca dari Startup Astrajingga, Syaifullah Abdurrachman, jug amengatakan bahwa SDM TI siap kerja menjadi salah satu permasalahan serius bagi startup digital. Monicca sendiri, menurut dia, saat ini kekurangan SDM TI.
“Kami sudah membuka lowongan, akan tetapi, tidak mudah menemukan SDM TI yang memiliki skill seperti yang dibutuhkan. Contohnya programer untuk Android. Itu juga masih jarang.” Katanya.
Terkait dengan permodalan, ia juga mengatakan bahwa aksesnya tidaklah mudah. Dari kebutuhan permodalan thaun pertama sebesar 250.000 dolar Amerika Serikat (AS), baru ada 60% – 70% yang sebagian diantaranya berasal dari investor asing. (Ai Rika Rachmawati)***