Kejahatan seksual terhadap anak dan perempuan banyak dipengaruhi oleh semakin berkembangnya media sosial dan media online lainnya di dunia maya. Bahkan jumlah korban pun semakin berkembang.
“Kejahatan yang terimplikasi media sosial dan media online memang terus meningkat, terutama yang mengakses Facebook dan Twitter. Ada sekitar 74 persen dari kejahatan tersebut yang menggunakan Facebook dan 24 persen lainnya menggunakan Twitter,” jelas Dimitri Mahayana, pakar IT dari Sharing Vision kepada wartawan, Minggu (18/5).
Dipaparkannya, saat ini kejahatan terkait dengan Facebook dilaporkan ke polisi setiap 40 menit. Bahkan tahun lalu petugas mencatat ada 12.300 kasus yang diduga melibatkan FFacebook.
“Sehingga Facebook pun telah dirujuk dalam penyelidikan pembunuhan, pemerkosaan, pelanggaran seksual anak, penyerangan, penculikan, ancaman pembunuhan, dan penipuan,” katanya.
Dipaparkan, dampak perkembangan teknologi saat ini memang cukup besar, baik dari sisi positif maupun sisi negatifnya. Bahkan dari hasil survei, 29% kejahatan seksual via internet diawali melewati situs social networking.
“Bahkan kriminalitas seksual terhadap anak-anak yang melibatkan situs social networking peluangnya lebih besar, apalagi yang ditindaklanjuti dengan kopi darat. Itu sangat berbahaya, biasanya para pelaku menggunakan akun anonim dengan identitas yang tidak jelas, itu patut dicurigai,” katanya.
Tidak hanya itu, banyak juga kasus penculikan yang melibatkan Facebook. Diperkirakan 27 dari 129 kasus anak hilang di Indonesia berawal dari pertemanan di Facebook.
“Jumlah kaus anak hilang yang melibatkan Facebook ini tahun 2011 ada 18 orang dan tahun 2012 ada 27 orang. Tentunya sekarang pun terus meningkat,” katanya.
Menurutnya, beberapa kasus telah terjadi diduga akibat dari efek buruk penggunaan jejaring sosial dan media online, seperti game online, yaitu kekerasan yang dilakukan oleh anak dibawah umur, kejahatan seksual, maupun kasus penculikan. “Dilaporkan di Inggris pada tahun 2012 terjadi pelaporan kejahatan yang terkait jejaring sosial Facebook sebanyak 40 laporan per menit. Di Indonesia pun sama sangat tinggi jumlahnya,” katanya.
Lebih lanjut Dimitri mengatakan, maraknya kejahatan seksual terhadap anak dan perempuan pun dipengaruhi cepatnya pengembangan ponsel, terutama android dan smartphone. Apalagi pertumbuhan pengguna android mencapai lebih dari 1,5 juta per hari. Ada nilai positif dan negatifnya. Dampak negatif penggunaan android dan smartphone adalah gampang menerima konten porno dan kekerasan. “Dalam kehidupan sehari hari 22 persen responden pernah menerima konten porno dan kekerasan, dan itu sangat memprihatinkan,” katanya.
Sehingga pemerintah perlu lebih mengoptimalkan kinerjanya dengan membuat regulasi yang jelas dalam penanganan masalah dunia maya.
“Ini harus mendapat perhatian serius dari pemerintah, karena kalau dibiarkan akan sangat berbahaya bagi generasi muda,” katanya.