Setelah menentukan Scope Busines Continuity Management (BCM) dan membangun Business Continuity Management Policy, langkah penting dalam pengembangan BCM adalah menentukan Business Impact Analisis (BIA). BIA adalah proses menentukan dan mendokumentasikan dampak bisnis dari gangguan terhadap kegiatan yang mendukung produk dan layanan utama. Dampak yang diukur adalah dampal revenue (pendapatan) dan non revenue (bukan pendapatkan).
Cara menentuakan BIA dalah dengan mendaftar seluruh sistem/aplikasi atau fasilitas atau aktivitas, lalu menentukan impact level. Dan yang terakhir adalah menentukan sistem/aplikasi atau fasilitas atau aktivitas kritis.
Dalam proses perhitungan untuk menentukan criticaly sistem/aplikasi atau fasilitas atau aktivitas pada siklus pertama biasanya mayoritas unit bisnis merasa sistem/aplikasi atau fasilitas atau aktivitasnya bersifat criticaly. Dengan melalui diskusi/meeting lintas unit, maka akan diperoleh pertimbangan yang lebih rasional. BIA yang baik dapat memprioritaskan sitem/aplikasi atau fasilitas atau aktivitas, dan hanya yang benar-benar signifikan bagi bisnis perusahaan yang masuk kategori critical.
BIA harus ditinjau setidaknya sekali dalam setahun atau harus lebih sering jika terjadi perubahan bisnis yang besar, perubahan signifikan pada proses bisnis internal, teknologi dan lokasi, perubahan signifikan pada lingkungan bisnis eksternal seperti pasar dan regulasi. Tidak seluruh proses BIA perlu diulang saat revisi, dan hanya aktifitas yang terpengaruh oleh perubahan organisasi yang perlu ditinjau secara menyeluruh.
Dalam melaksanakan BIA, banyak permasalahan yang akan dihadapi seperti semua divisi merasa aplikasinya penting, dan yang paling sering adalah sulit memilih cara mengukur dan menghitung dampak bisnis yang objektif dan akurat.(**)