Pada tahun 2013 ini, diprediksikan langganan broadband bisa sampai Rp. 50.000,- per bulan. Chief Sharing Vision, Dimitri Mahayana mengungkapkan “Ruang dan waktu di Indonesia semakin dipenuhi broadband.”
Prediksi tersebut sangat masuk akal mengingat beberapa poin yang ia sampaikan sebagai berikut:
Pertama, era satu juta hotspots sudah dicanangkan oleh Dirut Telkom Arief Yahya, dan menjadi target persaingan para operator.
Kedua, Deutsche Telekom, Alcatel-Lucent dan Airbus berhasil menguji broadband kecepatan tinggi dalam penerbangan layanan kepada penumpang yang menggunakan sistem komunikasi direct-air-to-ground berdasarkan LTE.
Ketiga, maritime broadband akan mulai menjadi perhatian para pemain lokal. Maka broadband di Indonesia akan mulai menargetkan any space (daratan, lautan, udara).
Keempat, broadband diperkirakan tumbuh amat pesat (masih double digit).
Kelima, youtube dan web based TV (global coverage) akan mulai menggeser TV konvensional dengan kecepatan broadband yang telah melewati kecepatan minimal streaming yang dibutuhkan.
Keenam, booming e-learning seperti Khan Academy, dll.
Ketujuh, para pemain disibukkan dengan isu teknologi seperti Wimax yang kehilangan momentum, alih guna frekuensi 900 MHz untuk 3G, apakah benar-benar dibutuhkan migrasi ke LTE baik untuk daerah urban maupun ural?
Ke delapan, paradoks layanan broadband satelit tetap berlanjut, di satu sisi sulit berkompetisi, di sisi lain dari sisi jangkauan ke any space di Indonesia tetap tidak terkalahkan. Bagaimana agar IRR (internal rate of return) investasi satelit melampaui batas feasibility menjadi isu yang amat hangat. ( An Intermezzo)