Aher: Mari Berinternet Sehat

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar sebagai pengguna internet. Oleh karena itu, pengguna internet harus bisa dikendalikan untuk membuka konten dan situs yang positif.

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan menyatakan, lembaga survei riset telematika Sharing Vision Bandung pada tahun lalu menyebut ada 64 persen responden pernah mendapatkan konten pornografi. Pembuka situs tersebut didominasi anak muda.

“77 persen responden juga pernah menerima organisasi radikal, 55% perisakan (bullying), 44% geng motor, dan 11% teroris,” kata Heryawan.

Pria yang akrab disapa Aher ini menyebut, survei tersebut juga menunjukkan ‎49% pengguna tidak tahu bahwa game online memiliki batasan umur, sehingga 55% dari mereka tetap memainkan meski usianya belum cukup.

“Dalam standar global, rating permainan digital antara lain EC (Early Childhood) atau boleh dimainkan anak berusia 3 tahun ke atas karena tidak terdapat materi yang kurang pantas,” kata Aher.

Sementara untuk E (Everyone) boleh dimainkan diatas usia 6 tahun sebab muatannya mengandung kekerasan minimal), E10+ (Everyone 10+: boleh dimainkan anak berusia 10 tahun ke atas, bermuatan lebih banyak kartun, kekerasan atau fantasi halus, bahasa halus, tema tak senonoh minimal).

Sementara rating T (Teen, boleh dimainkan anak berusia 13 tahun ke atas. Bermuatan kekerasan halus, ada bahasa kasar dan tema tak senonoh), dan M (Mature, bisa dimainkan 17 tahun ke atas, bermuatan tema seksual dewasa, kekerasan dan bahasa kasar yang kuat dan lebih intens).

fsmrsxgh

“Yang harus diwaspadai adalah rating AO, singkatan dari Adults Only, ini hanya cocok untuk orang dewasa. Menampilkan seks dan kekerasan, sehingga produk ini tidak ditujukan bagi anak berusia 18 tahun ke bawah. Jadi, lihat dulu rating sebelum anak bermain game,” katanya.

Aher juga memberikan tips untuk berinternet sehat yakni mengajak anak untuk berdialog. Anak diberikan pengarahan mengenai manfaat dan bahaya sebagai pengguna internet.‎ Selain itu, orangtua harus rajin berkoordinasi dengan kerabat dekat agar anak terawasi kegiatannya.

“Di rumah saya menyimpan komputer ada internetnya di ruang keluarga. Jadi terpantau mereka sedang membuka apa,” kata Aher.

Seorang anak, kata Aher, masih mempunyai celah lantaran bisa mengakses internet menggunakan ponsel. Orangtua harus memberikan penyadaran dan sering-sering memeriksa ponsel anaknya.

“Sekarang kita bisa terkoneksi. Jadi ada tanda notifikasi si anak sedang membuka hal yang kurang pas. Di situ kita bisa langsung mengingatkan dan memberikan pengarahan,” ucap Aher.

Artikel ini juga dapat dilihat pada laman inilahkoran.com.

Shopping cart0
There are no products in the cart!
Continue shopping
0